Minggu, 28 Mei 2017

Lupa

hai kekasih yang terbang di awan

apa kabar?

sudah lama aku tak bertanya seperti itu bukan? mungkin sudah sekitar tiga bulan. ah lupa.
                                 
semenjak kepergianmu yang entah ke utara atau selatan, aku tak pernah sekedippun melupakanmu. Pernah kucoba, selalu gagal. sial. Aroma wewangianmu masi menempel kuat di kumisku tipisku. Tak perlu kujelaskan aroma apa itu.

Aku merindukan saat kita bercengkerama bersama, tertawa bersama, dan semoga dapat sembuh bersama. Ah luka.
                                                           
Kemarin aku mencoba membongkar gudang untuk mencari gambar wajahmu yang dicuri kelopak mataku. Sialnya gambarmu tak ada di gudang. Hilang. Tapi seharusnya tak mungkin hilang, aku tak pernah melupakanmu walau sesibuk apapin aku. Jadi tak mungkin hilang.

Lalu aku mencari lagi, karna tak mungkin mencuri lagi....

Jumat, 25 November 2016

Setitik Rindu

Saat kau membaca ini berarti kau menerima pesanku. Terimakasih untuk itu.

Apa kabar? sunggguh itu bukan sekedsr basa-basi, aku benar merindumu. Rindu pesan-pesan singkat kita, obrolan kita, hadirmu. Ah sudah, biar itu berlalu.

Kau tak tahu, mungkin tahu. Tak pernah tidak sedetikpun tak memikirkanmu, tentu itu mustahil. Memang. Aku merindukanmu ketika aku teringat akan dirimu. Luka masih ada, tetap ada, dan aku memohon padamu untuk menolong diriku menambalnya. Dengan canda, dengan tawa, dengan kita.

Aku benar menginginkanmu kembali, beritahu aku caranya. Kita sama terluka, aku parah berdarah, tak tahu dirimu. Mungkin juga sama. Mari mulai dari awal, aku benar-benar sangat membutuhkanmu, kau termasuk orang penting di hidupku. Its true, so true.

Saat ini aku sedang berjudi, berharap menang dan mendapatmu kembali, dari awal lagi. Aku memiliki kartu Black Jack. Aku harap saat kartu itu tepat terbuka, tepat beberapa hari lagi, kau mau mencoba dari awal lagi.

Aku benar-benar merindumu. UKEK.

Senin, 08 Februari 2016

Dua Tahun Lebih

Untuk kita yang sudah dua tahun lebih kenal

Ku harap kita tak lekas bosan, itu yang aku takutkan. Aku takut ketika tingkat kepuasanmu akan masakanku sudah pada titik maksimal, tak bisa naik lagi hanya bisa turun. Aku takut jika kau perlahan bosan akan segala perhatian dan rinduku. Aku penakut.

Kau tentu tahu, tingkat kepuasan seseorang ketika telah pada titik maksimal, maka kepuasannya akan berkurang akan hal tersebut. Maka orang tersebut akan mengganti hal tersebut dengan yang lain agar tetap dapat kepuasan. Substitusi. Aku tak ingin diganti, mungkin belum ingin.

Jangan pernah puas akan aku, jangan puas. Tapi lantas bukan berarti kau bisa menuntut yang terlalu tak masuk akal karena tak puas.

Itu saja. Jangan puas agar tak bosan.

Sampai jumpa di tempat biasa, kasih.

Tertanda,
Aku

Minggu, 07 Februari 2016

Hanya Pengandaian Je

Untuk jeje

Hai je, apa kabar? Pasti masih selalu baik.

Hari ini aku mengirimimu surat lagi, seperti febuari tahun lalu. Jangan bosan ya.

Aku mengagumimu je. Kau indah untuk mataku, suaramu candu telinga dan hatiku. Aku memilihmu duantara sekian banyak temanmu yang lain. Panggilan hati mungkin. Tak tahu pasti.

Aku pernah berandai je, jika suatu saat kita bertemu dan kemudian berkekasih. Aku akan melakukan apapun agar senyum itu terus merekah, bahkan jadi abadi hingga akhir nanti.

Je, jika kita bersama maka aku juga akan membuatmu menjadi dirimu sendiri. Dirimu yang dulunya mungkin tak peduli akan makan banyak hingga naik berat badan. Aku tak peduli itu, jika kau senang aku selalu mengijinkan asal tak dosa dan membahayan nyawa.

Ini hanya pengandaian je.
Akupun tak berharap kau kan membalas surat keduaku ini, mungkin kau tak punya waktu untuk ini.

Terimakasih je, sampai jumpa.

Tertanda,
Aku

Sabtu, 06 Februari 2016

Gadis Kabut (Lagi)

Hai gadis kabut,
Apa kabar? Tentu kau masih gemar hadir sebentar.

Kini aku sadar bahwa kau yang selama ini aku puja, dirimu hanya sebuah pengalihan. Pengalihan agar aku tak melihat gadis lain, gadis yang (kadang) mengerti dan (tidak) selalu ada untukku. Kau tak mengenalnya, tak mungkin kenal. Dia yang disebut Perawan Kudus.

Gadis kabut, aku baru tersadar bahwa kabut itu menghalangi pandangan. Kini aku tahu, aku mengerti, telah mengerti. Kau menghalangi pesona gadis lain, bukan salahmu karena kau selalu sempurna kapanpun. Maka dari itu kupilih dia Si Perawan Kudus, gadis yang ada yang menantiku di seberang kabut.

Ya, ini surat perpisahan, lagipula kau juga sudah dengan si Abraham yang telah mendapatkan selendang Dewimu terlebih dahulu. Untuk saat ini aku pergi.

Surat ini bukan bendera putih, karena kita tak tahu apa yang terjadi di masa kemudian. Berserah saja pada kehendak Tuhan.

Sampai jumpa lagi bila Tuhan berkehendak.

Tertanda,
Aku