Sabtu, 31 Januari 2015

Gadis Bulan Maret

Untuk Gadis 14 Maret (Lagi)

Hai Maret,
Apa kabar, aku yakin kau baik setelah berpisah dengan keksaihmu yang dulu, mungkin.  Itu mungkin, aku tak tahu pasti, karena kau pernah bilang bahwa perempuan selalu hebat dalam bermain peran, peran senang saat sedih misalnya.

Hai Maret,
Seharusnya kau tahu bahwa ini surat kedua untukmu, setelah yang pertama tak kau balas, bahkan mungkin tak kau baca.  Jujur, mungkin kita telah salah menilai diri kita masing-masing. Dulu kita masih remaja, masih menengah atas, ingusan.

Aku tak pernah menyangka bahwa kau sudah banyak berubah setelah perpisahan kita beberapa tahun silam. Iya itu sudah lama, tapi rasa selalu sabar.

Hingga kemarin lalu kau menghubungiku lagi, hampir mati bahagia rasanya.  Tapi aku tak tahu, mungkin aku hanya obat.  Itu asumsiku karena kau menghubungi setelah kau pisah dengan seseorang yang kau sebut kekasih.

Jujur aku tak mengerti apa maksudmu, apa ini karena weanita memang tak suka menjelaskan apa yang dia inginkan, tapi mengaruskan prianya mengerti.  Itu tak adil bagiku, kau seharusnya telah memahamiku bahwa aku tak senang teka-teki.

Tapi ah sudah aku tak mau mengerti, yang pasti kau mau kembali.  Mungkin hanya untuk berobat, mungkin hanya sebentar hingga lukamu sembuh.  Tak apa, aku dokter yang baik.

Tertanda,
Aku

-find me on @TimothyEdon




Jumat, 30 Januari 2015

Kelopak Bunga

#30HariMenulisSuratCinta Day #1-Untuk Kelopak yang Terlepas dari Tangkai

 

Hai kelopak yang terjatuh ke tanah!
Apa kabarmu? Kau tentunya tahu bahwa pertanyaan itu hanya sebuah formalitas saat menyapa, terserah mau kau jawab atau tidak.

Hai kelopakku, maksudku bekas kelopakku, kau seharusnya sudah mengerti posisimu. Kau sudah tak memiliki ikatan apapun pada ku sebagai tangkai. Kau sudah terlepas, mungkin karena kau hanya pernah layak lalu tak layak di kemudian hari.

Hai bekas kelopakku, kau tentunya;tahu bahwa dulu saat denganku kau bisa mekar, menghasilkan bunga yang indah. Tapi kau juga harus ingat bahwa itu dulu, kini kau sudah terlepas, karena memang batang tak bisa selamanya bersatu dengan kelopak.
Hai bekas kelopakku!

Sadarlah! Kau tak mungkin bisa menyudahi hidupku dengan kepergianmu. Kau tak 'kan mungkin bisa mencegahku hidup dengan kelopak lain yang lebih dapat dikatakan dewasa.
Namun, ini asumsiku, kau tak akan pergi dari tanah tempat kau jatuh dari tangkai, kau tak akan bisa lepas dariku. Hingga pada akhirnya kau akan kembali pada tanah di tempat kau jatuh.

Sekarang dengarlah!

Pergilah selagi masih sempat, aku tak mau kau kembali pada tanah ini. Aku tak mau mineral yang aku serap berasal dari sisa tubuh kelopakmu.
Pergilah! Jangan kembali! Ini pilihan.

Diriku,
Si Tangkai

-find me on @TimothyEdon

Kamis, 01 Januari 2015

Untuk Si Maret

Teruntuk kamu, gadis 14 maret.

Hai maret, apa kabarmu? kau tentunya tahu bahwa aku tak berhak mengetahui kabarmu, mungkin. Kau juga tentunya tahu bahwa ini hanya sekedar formalitas sebagai pembukaan sebuah surat, menurutku. Aku sedang tak ingin membahas mengenai kabarmu.

Hai maret, mungkin bahkan akhir-akhir ini aku tak berani menyapamu, baik lewat media ataupun langsung. Itu semata karena permintaanmu yang tak lagi ada komunikasi antara kita.

Hai maret, kita telah  menyadari bersama bahwa kita pernah sama-sama dibuat nyaman dengan sebuah ikatan, yaitu pertemanan. Hingga rasa nyaman itu menciptakan rasa lain yang membuatmu ingin lebih dari sekedar ikatan awal. Naik jenjang katamu waktu itu.

Aku tak pernah menyalahkanmu atas diamnya dirimu kini. Aku hanya ingin kau tahu, kita punya rasa yang sama, hanya kita berbeda ideologi tentang konsep ikatan.

Kau menganggap sebuah ikatan hanya sebagai tanda bahwa kita telah bersatu. Bagiku tanda itu tak penting, karena itu bukan sebuah janji suci di depan pemuka agama. Bahkan kau pun mungkin tak pernah berpikir tentang kita ke depan, kau hanya berpikir saat itu untuk kepastian dirimu. Apa aku mencintaimu itu tak cukup pasti hingga buatmu meminta lain?

Aku pun masih bingung bila nanti kita ada bersama di hadapan pemuka agama untuk mengucap janji suci kita, aku bingung akan kah pemuka itu bersalib atau bersorban?

Kini ku dengar kau telah terikat dengan pria lain dan kau mengatakan bahwa itu sebenarnya tempatku, hanya aku takkunjung datang katamu.

Sebagai penutup, bukannya aku tak kunjung datang, tapi itu bukan tempatku. Ini bukan waktuku untuk terikat dengan gadis manapun. Aku tidak dapat diikat, aku hanya bisa diajak berkomitmen. Ini pilihanku saat ini. Berbahagialah dengan pilihanmu.
Tertanda,

                                                                                                                                                         Aku