Jumat, 22 Agustus 2014

Gilakah?

Kau menyuruhku masuk ke dalam
Tapi hatimu masih terkunci
Kau yang sudah gila
Atau aku yang sangat tuli,
Hingga mendengar kau salah bicara

Kamis, 21 Agustus 2014

Kawan!

Kawan dengarlah!
Aku akan pergi.
Kau akan mencari tapi tak mendapati.

Kawan dengarlah!
Aku sudah mati.
Terbunuh ideologi, dan tak mungkin bangkit lagi.

Kawan lihatlah!
Aku menari.
Aku menari setelah pergi dan tak menyesali.

Kawan lihatlah!
Aku berlari.
Pergi menjauhi hari ini, menuju hari lanjut lain

Kawan pulanglah!
 Jangan lagi menyesali.
Kita tak ada lagi.

Kamis, 14 Agustus 2014

Senja

Ketika jingga tiba
Ia membiasmu menjadi sama
Sama dengan senja
Kau merah rona menyala

Ketika senja beranjak hitam
Biasmu gelap menghitam
Kau kelam lalu menghilang
Bersama senja engkau terbang keabadian

Ketika langit mulai menghitam
Ia menghapus sisa biasmu sayang
Kini aku sendiri berdiam
Mengunggu terang maya datang

Rabu, 13 Agustus 2014

Duduklah

Bisakah kau duduk sebentar? Tenanglah
Ini ku beri kau kursi, ambilah
Jangan kau terus berkeliaran dalam kepalaku
Ini kepunyaanku, sopanlah sedikit

Ya, ini kunjungan pertamamu
Itu wajar, bisakah kita minum teh sejenak?
Lalu ku temani kau berputar
Kemarilah, duduklah, aku belum marah.

Selasa, 12 Agustus 2014

Mulut

Mulutmu terlalu pintar bicara,
Isimu membisu. Diam tak bernada.
Mulutmu terlalu banyak bicara.
Hanya tipu. Hanya luka kau cerita.

Milikmu hanya barang darah,
Emasmu tak kekuningan, tapi merah.
Seluruh kamu hanya kutuk si Muluk
Mereka tapuk. Kau terbatuk. Tertekuk.

Senin, 11 Agustus 2014

Telanjang

Mereka kumpulan orang telanjang
Satu persatu masuk keluar ruangan
Sumpah atas agama hanya formalitas awal
Mereka semua berseragam rapi, awalnya
Tapi setelahnya baju mereka masukan ke lemari
Dibuka lagi saat hari pesta
Tapi ah sudah, mereka orang atas
Pisau merekapun tajamnya ke bawah