Kamis, 02 Oktober 2014

Permata

Dia si batu mulia, orang memanggilnya intan. Aku sendiri memanggilnya cinta, atau lebih tepat cinta tak terungkap.

Dia, batu itu. Tak pernah berbicara, dia selalu dingin walau sudah kuhangatkan dengan berjuta rayu manja.

Tapi itulah yang membuatku terikat, dia anggun dengan jalannya. Dia, intan itu, ingin kucuri. Tapi mencuri intan tak semudah membalik telapak tangan, terlalu banyak pengaman yang harus terlewati.

Atau mungkin aku akan diam, seperti pemancing melempar umpan dan biarkan ikan datang sendiri. Atau mungkin juga aku memang harus pergi, agar kau bisa merasakan hilangnya hadirku.
Dengan begitu semoga kau memikirkanku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar